Perkembangan Kontemporer
Islam Di Thailand
A. Pendahuluan
Thailand (biasa
juga di sebut Muangthai Risabdah), merupakan salah satu negara tenggara yang
terletak di sebelah Utara Malaysia. Negara ini di kenal di barat selama
bertahun-tahun sebagai siam,tetapi sejak tahun
1939/1940-an negeri itu di sebut thailand (negeri yang merdeka). Nama itu di
benarkan karena thailand memeang merupakan satu-satunya Negeri Asia Tenggara
yang tidak pernah di jajah oleh kekuasaan barat atau negar lain.
"strong> readmore</strong>.
Negara yang di
lukiskan di peta sebagai bunga yang mekar diatas sebuah tangkai yang letaknya
sangat strategis ini bertapal batas bersama dengan birma di sebelah utara dan
barat, laos di sebelah utara dan timur, Kampuchea di sebelah tenggara dan
malaysia di sebelah paling selatan. Yang menjadikan thailand sebeagai kegiatan
internasional, kegiatan itu berpusat di daratan sentral aluvial seperti ;Perdagangan, industri dan pertanian
yang ada pada daearah sebelah utara.
Pada abad XVI
patani muncul sebagai perdagangan penting, karena letaknya yang strategis dapat
dilalui lintas perdagangan Timur Barat, menyebabkan kerajaan ini cepat
berkembang dan menjaadi kerajaan penting di selatan siam dan utara semenanjung
malaka. Tidak ketinggalan peadagang muslim datang ke patani untuk berdagang
sekaligus menyebarkan ajaran Islam.
Seorang ulama dari
pasai bernama Syeikh Said yang mendapat gelar Sultan Ismail Syah
Zilullah Fil Alam, yang telah menyembuhkan seorang Raja Pya Tu Antara
sehingga kemudian raja pun memeluk islam. Sehingga pengaruhnya sampai kewilayah
semenanjung seperti Kedah, Perlis dan Kelantan.
Pada tahun 1603 Kerajaan Ayuthia melakukan
penyerangan terhadap patani namun gagal, karena kuatnya pertahanan pasukan Patani. Kemenangan Siam atas Patani, ketika masa Raja Rama I Phra Culalok pada 1783.
Pusat dakwah Islam terbesar di
Bangkok teletak di Islamic Center Ramkamhaeng. Hampir semua aktifitas keIslaman
mulai dari pengajian, layanan pernikahan, serta makanan halal dapat si temukan.
Islam di Thailand merupakanagama yang minoritas, sehingga dalam tatanan sosial
muslim Thailand selalu mendapatkan julukan yang kurang enak untuk di
dengar yaitu, khaek yang berarti
orang luar, pendatang dan tamu.
Secara garis besar
masyarakat muslim Thailand dapat dibedakan menjadi dua; pertam, muslim Thailand
imigran yang berada di Bangkok dan Chiang Mai (Thailand utara dan
tengah). Kedua, muslim penduduk asli berada di patani (Thailand selatan). Di
chiang maiterrdapat pusat pendidikan islam yaitu; nong bar, pah heoy, dan
daisaket, yang mengajarkan ilmu aqidah, ahlak, ibdah dan lai-lain.
Mayoritas muslim
Thailand beraliran suni dengan mazhab syafi’i, meskipun tedapat mazhab hanafi
dan syiah. Sekitar pada abad XX muslim di Bangkok mengalami pemurnian
keagamaan, karena kentalnya pengaruh budha yang berbau sinkretisme. Gerakan
pemurniaan keagamaan itu dipelopori oleh seorang pembaharu asal minangkabau
yang belajar di mekkah bernama Ahmad Wahab Al-Minangkabawi.
B. Letak Geografis
Thailand di peta dilukiskan sebagai bunga yang mekar diatas sebuah tangkai –dan
tangkai itu adalah baagian Thailand pada semenanjung Malaya. Negeri Asia
Tenggara yang terletak strategis ini bertapal batas bersama dengan birma
disebelah utara dan barat, laos di sebelah utara dan timur, Kampuchea di
sebelah tenggara dan Malaysia di sebelah paling selatan. Kawasan pendek sungai salwen
memisahkan Thailand dari Myanmar, sedangkan Sungai Mekong bertindak sebagai
garis pemisah antara Thailand bagian timur dan Laos.Negeri itu mempunyai empat
wilayah geografis utama. Daerah sebelah utara, tempat berasal beberapa
sungai penting, dirajah oleh pegunungan yang ditumbuhi pohon jati dan lembah
subur. Titik tertinggi negeri itu, puncak inthanon (2.576 m), terletak
diwilayah ini. Kawasan yang berpenduduk padat adalah daratan sentral aluvial,
tempat terpusat kegiatan perdagangan, industri, dan pertanian negeri itu.
Sekelompok besar terusan dan proyek irigasi, yang mendapat air dari jajaran
sungai Chao Praya (Menam), menegairi dartaran lahan rendah. Wilayah geografis
kedua adalah kawasan penanaman beras utama dan pusat ekonomi bangsa itu.
Thailand Timurlaut-wilayah ketiga-terdiri atas plato kering dan berpasir, yang
pada umumnya tidak dapat menahan cukup air untuk irigasi. Daerah selatan yang
berhutan lebat, yaitu bagian semenanjung Malaya yang panjangnya 750 km, penuh
dengan karet dan mineral Thailand.
Sungai utama negeri itu, termasuk Chao Praya dan anak sungainya mengalir masuk
ke Teluk Siam. Sungai-sungai disebelah timurlaut, yaitu Mundan Chi, mengalir
masuk ke sungai Mekong.
Iklim Thailand-tropis dan subtropics-kebanyakan ditentukan oleh musim. Musim
kemarau timurlaut mengantar cuaca lebih sejuk dari China selama musim dingin
(November-Februari), sedangkan musim basah selatan membawa curah hujan dari
Samudra Hindia selama musim penghujan (mei-oktober). Negeri itu mempunyai musim
panas yang keras selama bulan Februari-Mei. Memang terjadi variasi cuaca pada
masing-masing wilayah, di sebelah utara pada umumnya lebih sejuk dari pada
wilayah selebihnya. Namun, pada pokoknya, cuaca disana panas dan lembab secara
keseluruhan negeri itu mempunyai curah hujan 150 cm setahun. Curah hujan yang
terlebat terjadi di sebelah selatan dan tenggara.
Thailand dibagi menjadi 73 wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat lebih dari 49.000 kota dan desa yang paling penting adalah kedua kota
Bangkok (Krung Thep) dan Thonburi, yang hanya dipisahkan oleh sungai Chao
Praya. Kedua kota kuno itu, bersama komunitas lain di dekatnya metropolis
Bangkok, yaitu kota terbaik Thailand. Kota utama lain adalah Hat Yai, dekat
Bandar Songkhla di semenanjung sebelah selatan, dan Nakhon Ratchasia, pusat
kawasan bagi daerah timurlaut. Bangkok merupakan bandar terpenting di
muangthai.
C. Islam dan Kerajaan Patani
Membicarakan Islam diThailand, tidak mungkin tanpa sebelumnya membicarakan
kerajaan Patani, karena keberadaan Islam diawali atau bermula sejak
munculnya kerajaan Patani. Kerajaan melayu Patani mula-mula berpusat di kota Mahligai dan
diperintah oleh Phya Tu Kerab Mahayana. Kedudukan kotaMahligai itu yang terlalu jauh kepedalaman dan sukar untuk di datangi oleh pedagang-pedagang telah
menyebabkan Phay Tu Antara, anak Phay Tu Kerab Mahayana, memindahkan pusat
kerajaannya ke sebuah kota pelabuhan bernama Patani yang terletak di kampong
(kampung) Grisek.
Kedudukan Kerajaan Patani terletak di daerah yang sangat strategis, yang dilalui
lintas perdagangan timur-barat, menyebabkan
kerajaan Patani cepat berkembang dan menjadi kerajaan penting di selatanSiam dan utara Semenanjung Malaka.
Pedagang-pedagang muslim telah mendatangi Patani untuk berdagang dan berdakwah. Kehadiran Islam
di Patani dimulai dengan kedatangan Syekh Said Mubaligh dari Pasai, yang ketika
itu berhasil menyembuhkan Raja Patani bernama Phya Tu Antara yang sedang sakit
parah. Phya Tu Antara (1486-1630 M) beragama Budha dan masuk Islam berganti
nama menjadi Sultan Ismail Syah. Sejak itu agama Islam mempengaruhi budaya dan kehidupan keagamaan rakyat Patani.
Menurut Hikayat Patani, kedatangan para ulama seperti Syekh dan muridnya Abdul
Al-Mu’min dari minangkabaw, dan Syeh Faqih Safi Al-Din dari pasai pada paruh
kedua abad ke-16. Mereka semua sangat berperan penting dalam kehidupan beragama
di kesultanan patani. Safi Al-Din, misalnya mendorong raja untuk mendirikan
sebuah mesjid istana dan akhirnya ia diangkat menjadi penasehat Sultan Muzaffar
Syah dalam bidang keagamaan. Kemudian pada pertengahan abad ke-17, sejumlah
ulama datang ke Patani, seperti Sayyid Abdullah dari Yerusalam ViaTtrengganu,
Haji Aabdul Ar-Rahman dari jawa, dan Faqih Abdul Al-Manan. Seorang Minang Kabau
dari Kedah, dan Syeh Abdul Al-Qodir dari Pasai. Mereka melakukan usaha-usaha
dalam menyebarkan Islam lebih jauh dikalangan masyarakat Patani.
Pada
abad XVI (1584-1624) Patani telah muncul sebagai pusat perdagangan penting di rantau
ini. Ijerman seorang pedagang Belanda, menyatakan bahwa Patani adalah “pintu masuk” kewilayah ChinaSelatan. Pengaruh Patani meluas sampai
ke wilayah semenanjung, seperti Kedah,
Perlis, Kelantan, dan Terengganu sekarang.
Siam menyerang kerajaan Patani namun serangan itu dapat digagalkan. Karena adanya bantuan
dari Pahang dan wilayah melayu lainnya. Pada 1783 Siam pada masa Raja
Rama I Phra Culalok (Phraya Chakri) menyerang Patani. peperangan
ini, Sultan Muhammad, penguasa Patani beserta ribuan rakyatnya telah
syahid dan yang lainnya ditawan, meriam sri patani, dan harta kerajaan dirampas
dan dibawa kebangkok.
Kemudian, Tengku Lamidin, Raja Bendang Badari dilantik oleh Siam sebagai Raja Patani yang baru.
Akan tetapi, pada 1791, Tengku Lamidin dibantu oleh Raja Anam yang beragama
Islam, Okhpaya Cho So dan Syehk Abdul Kamal berbalik melawan Siam. Namun,
ternyata Datuk Pengkalan setelah di lantik menjadi Raja Patani juga memberontak melawan Siam pada 1808,
meskipun berakhir dengan kegagalan.
Pada 1878 M, Siam mulai mensiamisasikan Patani sehingga Tengku Lamidindin berontak.
Untuk menghindari pemberontakan tersebut, kerajaan Siam membagi dan
memecah belah wilayah patani menjadi tujuh buah negeri (Hua Muang) dan melantik
tujuh buah penguasa negeri (Chao Muang). Dengan kebijakan ini, berakhirlah
Kerajaan Patani Raya dan sejak itu hanya menjadi salah satu dari tujuh
negeri, sebagai berikut :
- Patani : Tuang Sulung
- Teluba : Nik Dir
- Nongchik : Tuan Nick
- Jalor : Tuan Yalor
- Jambu : Nai Pain
- Rangaean : Nik Dah
- Reman : Tuan Mansyru.
Pada 1821, Siam menyerang Kedah dan memaksa
Sultan Abdullah melarikan diri ke pulau Penang. Sejak itu kedah berada di bawah
pengaruh Siam. Kekuasaan Siam ke atas negeri-negeri melayu ini telah
diakui pemerintah kolonial Inggris, sebagaimana isi “Perjanjian Burney” tahun 1826. Pengaruh Siam keatas Kelantan
bermula sejak perseteruan antara Sultan Muhammad II dengan Tuan Besar Tun Ahmad, raja kampung
laut. Kedua belah pihak meminta Raja Siam, Rama III (1824-1851), untuk menengahi mereka. Penyelesaiannya
adalah sultan Muhammad II dikukuhkan menjadi Raja Kelantan (1838), sementara
Tuan Besar Tun Ahmad diangkat sebagai Raja Patani (1842), gelar Sultan
Muhammad. Namun kedua-nya tetap tunduk kepada Kerajaan Siam.
Sepanjang pemerinatahan sultan muhamad (1842-1856), dan dua orang penggantinya,
Tengku Puteh (1856-1881, dan Tengku Besar (1881-1890), negeri patati berada
dalam keadaan aman dan kerajaan siam bahkan memberikan otonomi untuk mengurus
pemerintahan patani. Akan tetapi pada masa pemerintahan Chulalongkorn, raja
siam mulai memberlakukan kebijaksanaan sistem Thesaphiban, yang
menghilangkan dan kedaulatan raja-raja melayu-islam. Hal itu menyulut
konflik dan memunculkan pemberontakan Tengku Abdul Kadir Kamarudin pada 1902.
Dalam masa pemerintahan Perdana Mentri Chulalongkorn, dan Mentri Dalam Negeri
Putra Damrong, memerintah wilayah dengan menggunakan sistem Thesaphiban
digunakan secara seragam di seluruh wilayah dan akibatnya melenyapkan otonomi
dengan keragaman dan keunikan daerah masing-masing, termasuk patani. Dibawah
pemerintahannya dengan kebijakan thesaphiban, wilayah dibagi menjadi unit yang
disebut Monthon.Tiap-tiap Monthon di perintah oleh seorang kepala daerah yang
disebut khaluang thesaphiban, yang bertanggung jawab kepada mentri dalam
negeri. Seluruh khaluang thesaphiban adalah pegawai kerajaan yang digaji dengan
gaji pemerintah pusat yang juga seragam. Konsekuensi dari uniformitas system
pentadbiran adalah ekonomi, keunikan, dan spesifikasi daerah dihapuskan, dan
penguasa daerah yang berasal dari pemimpin tradisional juga dilenyapkan.
Pengaturan pemerintah diatur dalam akta pemerintahan daerah (Phararatchabanyat
Pakhrong Thongthi), yang ditetapkan pada bulan mei 1897, dan kemudian
dilengkapi dengan peraturan mengenai pemerintahan daerah (Kho Bangkhap Pokhrong
Huamung) pada bulan februari 1899. Peraturan tersebut melecuti beberapa
keistimewaan raja-raja negeri sebelumnya, seperti status social sebagai “penguasa
daerah” dengan gelar kebangsawanan, hak hak mengangkat pegawai-pegawai
kerajaan negeri dan memungut cukai atau pajak negeri. Selain itu, raja-raja
negeri ini selanjutnyahanya dibenarkan menerima gaji seperti pegawai lainnya.
Kemudian, peraturan itu dilengkapi lagi dengan “peraturan pemerintah tujuh
wilayah bagi tahun 120” tanggal 16 desember 1901, yang membagi kekuasaan
menjadi tiga:
a. Kekuasaan Seremonial (Phya Muang)
yang dipegang raja-raja patani.
b. Kekuasaan Eksekutif Palat Muang, yang
dipegang oleh Pesuruhjaya Tinggi.
c. Pegawai Undang-Undang, Yokraba.
Raja patani, khususnya Tengku Abdul Kadir , menolak sistem terbaru
tersebut. Pada 12 februari 1902, Tengku Abdul Karim ditangkap dan dipenjarakan
karena penolakannya, dengan penangkapannya maka berakhirlah kekuasaan raja-raja
patani yang dimulai dari tengku Besar Tuan Ahmad (1842) sampai Tengku Abdul
Kadir (1902). Turut ditangkap bersamanya adalah Tengku Samsudin (Raja Rangae)
dan Tengku Abdul Muthalib (Raja Teluban). Pada 5 maret 1904, tengku abdul kadir
dibebaskan dari penjara, dengan syarat tidak akan mencampuri masalah politik
dan akan taat pada kerajaan siam. Pada 1905, beliau pergi ke Kelantan dan
menghabiskan sisa hidupnya.
Komunitas muslim Thailand yang berjumlah dua juta jiwa mengalami dilema yang kompleks.
Diperburuk oleh kaeadaan kelompok muslim yang terpusat di provinsi bagian
selatan yang menginginkan kemerdekaan dan keikutsertaan mereka dalam Negara
tidak mendapat tempat, akhirnya mereka menjadi bangsa yang diburu dan
ditaklukkan.
Sebagai wujud ketidakpuasan masyarakat melayu patani atas perlakuan kerajaan
siam, terjadi beberapa kali pemberontakan, antara lain pemberontakan kecil yang
terjadi pada 1910,1911. Sementara pemberontakan besar meletus pada 1923
dibelukar semarak (rakak), sebagai akibat pemaksaan akta pelajaran 1921, yang
memaksa anak-anak melayu patani memasuki pendidikan kebangsaan siam yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa siam.
Pada masa pemerintahan Pibul Songgram, dilancarkan program rathaniyom suatu
program yang didasarkan pada ultra-nasionalisme siam. Program ini tujuannya
adalah membentuk Negara Siam sejati, berdasarkan satu agama,bangsa, bahasa, dan
kebudayaan siam. Seluruh program dituangkan dalam tujuh dekrit. Pada masa ini
jugalah ditukar istilah siam menjadi Thailand. Bagi masyarakat melayu patani,
program rathaniyom 1939 adalah malapetaka besar, karena tidak lagi dibenarkan
menggunakan nama melayu, berpakaian melayu, bercakap dan menulis dalam bahasa
melayu, bahkan mempelajari agama ilam. Puncaknya pada 1944, jawatan kadhi
dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan
dan harta pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat.
Dari fakta tersebut, upaya penyatuan politis daerah muslim ke dalam muangthai
merupakan hasil akhir perjuangan selama berabad-abad, dengan berbagai alas an
nasionalisme. Pembangunan dan keamanan pemerintah muangthai dalam abad XX
berusaha mengonsolidasi kekuaaan atas provinsi-provinsi selatan yang didiami
orang-orang muslim itu.
Langkah pertama adalah integrai administrative yang dirancang untuk memasukkan
yang dirancang untuk memasukkan daerah-daerah muslim ke dalam yang sistem
politik nasional yang berpusat di Bangkok. Mengingat orang-orang muslim itu
tidak berpengalaman dengan sistem ini, dianggap perrlu menempatkan mereka
dibawah penjabat pemerintah Kristen dan budhis muangthai.
Orang-orang muslim di selatan diharuskan memakai pakaian bukan melayu dan
mengadopsi nama-nama thai bila mereka ingin memasuki sekolah-sekolah pemerintah
atau mencari pekerjaan dalam dinas pemerintahan. Bahasa melayu dilarang
diajarkan di sekolah-sekolah negeri atau digunakan dalam percakapan dengan para
pejabat pemerintah. Pembatasan penerapan hokum islam dalam perkawinan dan
warisan dihapuskan.
D. Masuk dan Perkembangan
Kontemporer Islam di Thailand
Selama bertahun-tahun Thailand dikenal di barat sebagi Siam, tetapi sejak tahun
1939 (kecuali selama masa pendek tahun 1940-an), negeri itu disebut
Thailand-“negeri orang merdeka”. Nama itu dibenarkan karena Thailand memang
merupakan satu-satunya negeri asia tenggara yang tidak pernah di jajah
oleh bangsa lain.
Islam masuk ke Thailand pada abad ke-18 (1785). Proses masuknya islam di
Thailand dimulai sejak kerajaan siam mengakui sisi kerajaan patani (lebih
dikenal oleh penduduk muslim thai sebagai patani darusalam).
Perkembangan islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari
Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka
membantu kerjaan Thailand membangun beberapa kanal dan sistem perairan di
Krung Theyp Mahanakhon (Propinsi Bangkok). Pusat dakwah islam terbesar di
Islamic center Ramkamhaeng. Hampir semua aktifitas keislaman ,mulai dari
pengajian, layangan penikahan sampai dengan pasar makanan bisa ditemukan
disini. Islamic Center Ramkamhaeng berjarak sekitar 2 KM dari kanor Kedutaan
Besar Republic Indonesia dijalan Petchburi. Dalam kehidupan berbangsa dan
berbegara, pemerintah kerajaan Thailand memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya
bagi kaum muslim thai untuk melaksanakan ibadah dan berdakwah.
Namun demikian, tidaksemua lokasi di Thailand menjadi tempat yang aman untuk
kaum muslim. Daerah Thailand selatan masih menjadi daerah yang mencekam karena
hampir setiap hari operasi militer digelar di kampung penduduk dengan alasan
mencari dalang peledakan bom diwilaya h selatan.
Dalam tatanan
social, muslim Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar,
yaitu khaek (orang luar, pendatang, tamu). Istilah ini juga digunakan
untuk menyebut tamu-tamu asing atau imigran kulit berwarna.
Meskipun pada mulanya khaek merupakan
term untuk makro-etnis bagi orang selain thai tapi lama-kelamaan khaek
tersebut dipakai pemerintah untuk mendeskripsikan kaum
melayu-muslim diselatan Thailand. Istilah thai pada1940-an akan tetapi istilah
ini menimbulkan kontradiksi karena istilah “thai ” merupakan dibuat sinonim
dari kata “budha” sedangkan “islam” identik dengan kaum muslim melayu?
maka dari itu kaum muslim melayu lebih suka di panggil malay-islam.dari problem
rasial tersebut timbullah pengelompokan kaum muslim di Thailand terjadi dua
golongan:
1. Assimilated Group. Atau golongan yang
terasimilasi atau berbaur dengan kaum mayoritas yaitu agama masyarakat
thai-budha pada segala bidang tatanan kehidupan hanya saja tidak sampai pada
masalah keagamaan.
2. Unassimilated Group. Atau golongan
yang tidak berbaur namun menyendiri di Thailand bagian selatan. Yang masih
menunjukan kultur melayu-islam pada nama, bahasa dab adat. Golongan ini
bertempat tinggal didaerah yala, narathiwat dan pattani. Kecuali daerah satun
yang sudah terasimilasi dengan kelompok mayoritas Thai.
Yang dilakukan oleh
kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di
pencaplokan Thailand. Orang-orang muslim patani yang di bawa ke Bangkok oleh
tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal perang pertama dan kedua. Dan
orang-orang inilah kemudian menjadi bagian utama masyarakat islam di Thailand
tengah dan sebagan dari mereka tetap memeliharabudaya dan bahasa mereka.
Keterpaksaan masyarakat melayu muslim di Thailand selatan dirasakan selama
puluhan tahun, sejak integrasi melayu Thailand menjadi bagian dari kerajaan
Thailand penggunaan bahasa thai wajib di gunakan di kantor kerajaan,
pemerintah, sekolah, radio, media cetak, media elektronik, dan kehidupan
sehari-hari. Terintegrasi dengan Thailand, bersaing dengan mayoritas masyarakat
etnis thai buddies adalah pilihan saat ini. Strategis yang perlu di bangun
adalah memajukan pendidikan, mendukung pembangunan nasional,dan menjaga
stabilitas local. Hal yang teakhir masih menjadi kendala bagi penciptaan
perdamaian di wilayah selatan. Berbagai teror, pembunuhan dan pengeboman sering
terjadi dalam tiga tahun terakhir, dengan jumlah meninggal setidaknya 2000
orang, sejak januari 2004. Anehnya, belum ditemukan kelompok yang bertanggung
jawab dalam kerusuhan ini. Ketika terjadi penyerangan atau pembunuhan yang
melibatkan tentara, polisi dan masyarakat budha, yang dituduh adalah muslim.
Pencitraan negatif yang diciptakan oleh pemerintah menyebutnya dengan “bandit
muslim”.
Makanan halal di
Thailand dapat dilihat dengan tiga macam label yakni, label resmi “Halalal”,
stiker bertuliskan “Allah” dan “Muhammad”, serta stiker bertuliskan bacaan
basmallah. Karena makanan halal masih sediki, sehingga majelis ulama Thailand
memverifikasi kehalalan produk dalam negeri. Selain masalah makanan, lokasi
tempat ibadah di pusat-pusat pembelanjaan pun agak sulit ditemukan. Beberapa
lokasi pembelanjaan umum, seperti siam paragon, pratunan center dan center word
menyediakan mushola untuk umat muslim.
E. Kondisi Umat Islam Thailand Masa
Kini
Secara garis besar
masyarakat muslim Thailand, dibedakan menjadi dua: Pertama, masyarakat musim imigran (pendatang),
yang berlokasi di kota bangko dan chiang mai(Thailand utara dan tengah). Kedua, masyarakat muslim penduduk asli, yang berada di patani
(Thailand selatan).
Masyarakat muslim
imigran, yang tinggal di daerah perkotaan, kebanyakan berasal dari asia selatan
(india dan pakistan), indoenesia, huihui (china), dan Persia. Secara sosiologis
mereka telah membaur (berintegrasi) dengan baik dengan masyarakat local
(non-muslim).
Dariaspek
pendidikan agama, setiap kimunitas memiliki lembaga pendidikan yang biasanya
dikaitkan dengan mesjid, yang memeberikan pendidikan agama trurama bagi
anak-anak muslim. Di chiang mai terdapat pusat pendididkan islam yakni,
nong ban, pah heoy, an doi saket. Yang mengajarkan ilmu akidah, ibadah, seni
baca al-quran, hokum islam, dan ahlak.
Sejak 1970-an telah
didirikan sebuh madrasah menengah lanjutan (chitpakdee) di kawasaa san pah-koy.
Madrasah ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil dalam bidang keislaman,
sehingga dapat diajarkan ke tingkat lebih rendah atau dapatmelanjutkan ke
jenjang lebih tinggi. Berkat hubungan yang semakin errata antara umata muslim
di berbagai negara seperti, asia selatan, asia tenggara dan bahkan timur
tengah. Sehingga banyak pelajar muslim yang dikirim ke luar negeri serta banyak
kunjungan dan bantuan dari Negara-negara muslim.
Menurut pengamat
seperti Andrew Forbes, Raymond Scupin, dan Preeda Prapertchop kehidupan
perekonomian masyarakat islam di bangkok setara dengan masyarakat non-islam.
Mereka umumnya memiliki keterampilan khusus, seperti keturunan Cam dan Melayu
biasanya menekuni bidang pertanian dan kerajinan, warga keturunan Indonesia
merupakan pakar pertamanan dan perdagangan.kelompok keturunan Iran dan Asia
Selatan menggeluti bidang perdagangan kayu dan tekstil.
Mayoritas Muslim
Thi beraliran Sunni dengan Mazhab Syafi’i, walaupun terdapat Mazhab Hanafi dan
Syi’ah. Oleh karena kentalnya pengaruh Agama Budha dalam kehidupan masyarakat
luas, tidak mengherankan jika tradisi lama, seperti menggunakan azimat, tolak
bala, dan kepercayaan pada hal-hal yang magis, juga terdapat di kalangan
masyarakat muslim di Thailand. Sehingga awal abad XX dibangkok khususnya sering
terjadi “Pembaharuan atau Pemurnian Keagamaan” (tajdid). Gerakan pemurnian
keagamaan (tajdid) di pelopori oleh seorang musafi asal minangkabau bernama
Ahamad Minangkabawi lulusan dari mekah. Selesainya belajar islam di Mekah, ia
tidak kembali ke Mingkabaw melainkan melakukan pembaruan di Bangkok yang banyak
melakukan praktik-praktik berbau Sinkretisme.
Gerakan pembaruan
dan pemurnian Ahmad Wahab, nampaknya dipengaruhi oleh gerakan Wahabiah di Arab
Saudi yang di mulai dengan mendirikan lembaga pendidikan di Tanon Kok (Bangkok
Utara) yang mendapat dukungan dari berbagai pihak umat islam.
Sama dengan gerakan
Wahabiah di Timur Tengah dan juga gerakan Paderi di Minangkabau, Ahmad Wahab
melakukan dakwahnya dengan sedikit kekerasan, untuk menghancurkan hal-hal yang
tidak sesuai denga ketentuan agama. Dalam gerakannya, Ahmad Wahab menggunakan
pendekatan rasional, argumentasi, logika dan dalil-dalil al-quran dan sunnah,
penggunaan ijtihad, dan menghindari taqlid. Untuk memperkuat gerakannya, dia
mendirikan organisasi Anshari Sunah (Penolong Kaum Penegak Sunah Rasul).
Kebanyakan pengikutnya adalah pedagang, pegawai, dan aktifis-aktifis muda islam
serta pelarian poliitk Indonesia. Namun, karena pengaruh Budha yang begitu
kuat, konservatisme dan tradisionalisme agama dikalangan muslim lokal begitu
kental, akhirnya gerakan ini mendapat tantangan dari islam tradisional.
Akibatnya, masyarakat islam thai mengalami polarisasi pemikiran, yakni “Kaum
Muda/Baru (Khana Mai)”, dan Kaum Tua/Lama (Khana Kau).
Kelompok khana mai
(pembaharu) di Bangkok semakin kuat dibawah kepemimpinan Chaem Promyong, yang
juga dikenal dengan panggilan Syamsudin Mustafa, alumni al-Azhar dan tokoh yang
memiliki akses keberbagai tokoh nasional. Ide-ide dan konsep Chaem Promyong dan
Khana Mai banyak yang diserap kedalam kebijakan pemerintah dalam soal
keagamaan.
Ketika Pridi
Phanomyong (Luang Pradit Manutham,1900-1983) menjadi perdana menteri, segera
setelah perang dunia II, Chaem diangkat sebagai Ketua Majelis Agama Islam dan
Penasehat Pridi dalam urusan agama islam (Chularajamontri) pada 1946. Namun,
pada 1947 terjadi kudeta oleh Phibul Songram, yang mengakhiri dominasi Khana Mai
dan Chaem pribadi pada struktur agama islam di Thai sampai saat ini. Oleh
karena situasi tidak lagi memihak kepadanya, Chaem akhirnya hijrah ke
singapura.
Pada 1964,
Persatuan Pemuda Muslim Thailand dibentuk di bangkok, yang membawahi seluruh
wilayah dan kaum muda islam Thailand. Pola perjuangannya lebih mirip dengan
AIMB di Malaysia, yakni menggunakan dunia pendidikan sebagai medan dan wahana
perjuangannya, dan bergerak secara modern, serta memiliki akes ke organisasi
pemuda dan mahasiswamuslim Indonesia.
Sementara itu,
pemerintah merasa lebih mudah berhubungan dengan Khana Kau (kelompok
konserfatif). Mereka lebih lentur, komperatif, tidak menuntut perubahan
derstis, dan siapberkolaborasi dalam berbagai aspek serta membian keadaan
seperti apa adanya (status quo). Keputusan dan kebijakan yang diambil
pemerintah bersama mitranya dibangkok mempunyai pengaruh dan dampak secara
nasional, sampai ke patani yang memiliki kondisi yang spesifik dan berbeda.
F. Penutup
Negara yang
dilukiskan dalam peta sebagai bunga yang mekar
diatas sebuah tangkai, yang mayoritas penduduknya menganut budha. Thailand memiliki
dua wilayah kota yang penting ialah Bangkok dan thonburi yang dipisahkan oleh
sungai chao phraya.
Kedatangan islam
tidak luput dari para pedagang, yang selalu menyebarkan ajaran islam. Islam di
Thailand bermula di kerajaan patani, yang letaknya strategis dalam lintas
perdagangan Timur Barat. Pada abad XVI patani muncul sebagai pusat
perdagangan penting. Sembuhnya seorang raja patani (Pya Tu Antara) yang kemudian
memeluk islam oleh seorang ulama asal pasai bernama Syekh Syaid yang bergelar
Sultan Ismail Zilullah Fil Alam.
Dalam tatanan
sosial, Muslim Thailand mendapat julukan yang kurang enak untuk di dengar yaiti
khek yang berarti orang luar, pendatang dan asing. Secara garis besar islam di
Thailand dapat di bagi menjadi dua yaitu; islam imigran dan islam penduduk
asli.
Mayoritas
muslim Thailand beraliran suni dengan mazhab syafi’i, meskipun tedapat mazhab
hanafi dan syiah. Sekitar pada abad XX muslim di Bangkok mengalami pemurnian
keagamaan, karena kentalnya pengaruh budha yang berbau sinkretisme. Gerakan
pemurniaan keagamaan itu dipelopori oleh seorang pembaharu asal minangkabau
yang belajar di mekkah bernama Ahmad Wahab Al-Minangkabawi.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Lain-lain. Mizan. Bandung. 1994.
Internasional, Grolier. Negara dan Bangsa. PT. Widyadara. Jakarta. 1988.
Munir, Amin
Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Amzah. Jakarta. 2009.
Saifulllah. Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. 2010.
Thohir, Ajid. Study Kawasan Dunia Islam Rajawali Pers. Jakarta. 2009.